Sabtu, 21 Maret 2009

Gara-gara Facebook: "Tetap Merasa Sendiri"

Rangga, adalah seorang lelaki yang kini kerja sebagai editor sebuah sinetron di sebuah PH. Dia punya latar belakang pendidikan di sebuah sekolah seni. Tapi dia harus drop out, karena orang tuanya ngga sanggup lagi mengkuliahkannya. Rangga hanya sekolah satu semester dan langsung pergi mencari kerja. Untungnya dia mendapat kerjaan yang ngga jauh-jauh dari bidang yang disukainya, yaitu film. Dia menjadi seorang assisten editor pada waktu itu. Rangga sangat menikmati pekerjaannya sampai dia sama sekali ngga inget apa dia masih ingin meneruskan kuliah atau tidak.

Suatu hari, Rangga yang join dengan situs pertemanan yang bernama Facebook, mulai membuka Facebooknya. Rangga melihat salah seorang telah mentag namanya ke sebuah foto. Foto itu adalah foto dimana saat Rangga masuk pertama kali di sekolah seninya dulu. Betapa senangnya Rangga, kalai ternyata teman-temannya di sekolah seni itu masih mengingatnya. Walau hanya satu semester, Rangga cukup eksis dan popular di kalangan teman-temannya itu.

Tak lama kemudian, DONI teman yang mengtag nama Rangga ke dalam foto itu pun masuk dalam chating room.

Kata DONI = Hai Ga, pa kabar?

RANGGA = Baik Don! Lo sendiri!

DONI = Gue juga baik” aja! Gimana kerjaan lo? Kayaknya tambah sukses aja lo!

RANGGA = Ahhhh… biasa aja kok! Nah lo sendiri gimana? Udah kelar kuliahnya?!

DONI = Bentar lagi! Lagi nyusun tugas akhir nih! Bingung n pusing! Makanya gue lari ke Facebook!

RANGGA = Ohhh,,, pantes!

Pembicaraan itu berlangsung berlarut-larut! Banyak yang mereka bahas. Seperti halnya teman-teman sekampus yang sudah mulai terlihat sifat aslinya. Rangga sangat senang mendapat info itu. Contohnya:

DONI = Tuh liat si Maya. Dari semester pertama, ternyata dia suka sama Anton!

RANGGA = Ah yang bener lo? Baru kebongkar tuh?! Trus Antonnya juga suka?

DONI = Boro-boro suka, ngelirik aja kaga’!

RANGGA ketawa-ketiwi setiap membaca balasan dari DONI. Dan hal itu berlangsung hingga berhari-hari. Di waktu luang, Rangga selalu chating dengan DONI dan membahas masa kuliahnya.

Hingga akhirnya bukan hanya DONI yang chating dengan Rangga. Ada Maya, Anton dan semua teman di Facebook. Mereka mengaku kalau mereka hanya bicara lewat Facebook karena udah jarang ngumpul.

MAYA = Uuuuhhh kangen nih sama kalian! Ngumpul yuuukkk

DONI = Ya elah May! Bilang aja lo kangen sama Anton! Ya kan, ya kan?!

RANGGA = Wakakakaka…

MAYA = Apa lo Rangga?! X-(

RANGGA = Idih marah… galak amat!

ANTON = Woiii brisik….

DONI = Tuh May, Bang Anton dah nongol!

MAYA = Ssssttttt…!!!

RANGGA = Hahahaha…

Rangga senang dan begitu bahagia. hingga sebuah undangan menghampirinya lewat Facebook.

You have an invitation from ‘Reuni ITB 2003’ at Kemang café, Bandung’.

Rangga tersenyum senang dan akhirnya menerima undangan itu dengan penuh semangat.

Di café. Ternyata suasana sangat berbeda dengan suasana chat. Mereka membentuk kelompok sendiri-sendiri. Doni diam saja. Karena ternyata dia ngga seheboh di Facebook. Dia malah sibuk melihat Facebook di HPnya. Begitu juga dengan Maya dan Anton, yang sama sekali tak tegur sapa. Dan yang lain membentuk kubu sendiri-sendiri dan mulai asik bicara menurut topik mereka. Sedangkan Rangga, dia seperti orang asing disana. Walau pun ada beberapa orang disana yang mencoba bicara padanya. Tapi ternyata keadaan sudah berbeda. Pembicaraan diantara mereka bukan lagi soal masa kuliah. Apalagi disemester-semester awal. Mereka bicara hanya peduli dengan orang-orang yang paling dekat dengan mereka.

Rangga berfikir, apa selama ini ia sudah mencoba mendekati diri pada lingkungan di sekitarnya? Ya! Dia menjalin pertemanan, lewat situs pertemanan. Tapi lalu apa yang ia dapat? Apa teman yang benar-benar nyata? Ya! Dia berteman dengan Doni, Maya, Anton yang nyata-nyata ada di depannya. Tapi apakah mereka menganggap Rangga sebagai teman mereka? Anton menolak tatapan Maya. Doni sibuk dengan HPnya. Sementara yang lain, ada yang mengobrol soal syuting di Riau, ada yang melihat Facebook lewat labtop, dan ada juga yang diam saja. Seperti Rangga.

Saat sampai rumah. Rangga melihat di Facebooknya. Tidak ada Notification yang masuk. Ia lalu berfikir. Apakah jalinan pertemanan ini berguna untuknya?! Apa dengan menambah teman di Facebook lalu mereka semua mau berteman denganmu?! Rangga ragu. Akhirnya dia sign out, dan segera mematikan komputernya. Karena dia menyadari bahwa seberapa banyak teman yang dimilikinya di dunia maya, dia akan tetap merasa sendiri.


Senin, 02 Maret 2009

Slumdog Millionaire (2008)


Category:Movies
Genre: Drama
Film ini dimulai dengan inspektur polisi (Irrfan Khan) di Mumbai, India, menginterogasi dan menyiksa Jamal Malik (Dev Patel), bekas anak jalanan dari kawasan kumuh Dharavi. Jamal adalah kontestan Who Wants to Be a Millionaire? versi India (Kaun Banega Crorepati) yang dibawakan oleh Prem Kumar (Anil Kapoor). Jamal berhasil mencapai pertanyaan terakhir, dijadwalkan diadakan besok, tetapi polisi menuduhnya curang. Pada saat diinterogasi, jamal menjelaskan bahwa setiap pertanyaan yang diajukan padanya mempunyai hubungan dengan apa yang pernah dialaminya selama ini. Dan inspektur polisi menerima penjelasan dari jamal dengan sebutan "keanehan yang masuk akal".

Pada awal film ini, ketika judul ditayangkan juga terdapat tulisan "Jamal menyisakan pertanyaan terakhir, bagaimana dia melakukannya? a) dia curang b) dia beruntung c) dia jenius d) sudah ditakdirkan. Dimana pada akhir film ini anda akan mengetahui sendiri jawabannya.

Synopsis by
http://id.wikipedia.org/wiki/Slumdog_Millionaire


REVIEW:

Danny Boyle adalah sutradara favorite aku. Sebelum ini, film"nya yang terkenal keren adalah "Millions" dan "Transpotting". Film Hollywoodnya adalah "The Beach" (Leonardo Dicaprio) dan film horror berjudul "28 days later". Gaya Danny Boyle sudah sangat bisa ditebak. Dia adalah sutradara yang selalu mengandalkan style dalam film. Film-filmnya sudah bisa dipastikan enak ditonton, karena nggak sekedar mengandalkan cerita dramanya aja.

Kehidupan rakyat jelata di Mumbai sangat memprihatinkan. Itu adalah salah satu contoh dari kehidupan rakyat jelata lainnya di dunia ini. Tapi pertanyaan besarnya, kenapa seorang Jamal Malik yang tanpa pendidikan apapun bisa menjawab semua pertanyaan sekelas profesor dalam kuis "Who Wants To Be A Millionaire" yang diikutinya? Yang menarik dalam film Slumdog Millionaire ini adalah kilas balik si tokoh utama yang ternyata adalah kunci jawaban dari semua pertanyaan yang diberikan padanya.

Film ini menang Oscar banyak banget. Ada Best Editing, Best Music Score, Best Music Song (Jai Ho), Best Sound Mixing, Best Cinematography, Best Adapted Screenplay, Best Directing, dan akhirnya Best Picture. Kalau dipikir-pikir, film ini sangat sederhana. Apalagi katanya film ini dibuat dengan murah meriah dan tanpa bintang besar. Paling-paling yang bisa kita kenal cuma Anil Kapoor (soalnya mukanya familiar; mungkin main di beberapa film India yang pernah ditayangin di TV).

Mudah-mudahan film ini memberi perenungan yang berarti bagi kita semua. Jika kita punya harapan, jangan buat harapan itu hanya sebuah mimpi belaka. Tapi yakin dan berjuanglah, maka takdir yang akan menentukannya.