Selasa, 05 Januari 2010

Hancur dan Luntur

Aku terbangun dari tidurku dengan perasaan kaget.
Baru saja aku mengalami mimpi buruk.
Sangat buruk.
Ingat film 2012, dimana bumi hancur dan tak berbentuk?
Ya, itu mimpiku. Seperti penggambaran kiamat.
Tapi bukannya aku tak meyakini kalau kiamat akan datang ditahun 2012?!
Bukankah film itu hanya fiksi semata?!
Ah, sudahlah! Bukan itu yang kukawatirkan saat ini.
Soal mimpi itu! Baru saja selesai terjadi.
Aku yang menghentikannya. Karena aku bangun dari tidurku.

Aku lihat ke arah jendela kamarku.
Pagi sudah menjelang.
Suara kicauan burung terdengar diluar sana, seolah menyambut pagi seperti biasanya.

Aku lega karena semua itu hanya mimpi.
Namun untuk memastikannya, aku bangun dan berjalan ke arah jendela kamarku dan melihat ke arah luar sana,
dimana tampak pemandangan tanah lapang dengan rumpun padi berjajar pada tiap petaknya.

Lalu aku bertanya:
"Pagi dunia? Apa bentukmu masih bulat?"
Ia tak menjawab, dan tak memberi reaksi apapun.
Dari situ aku tahu, dunia memang tak berubah!
Aman!
Tapi, aku masih gelisah dan penasaran. Maka aku bertanya lagi padanya:
"Kenapa dalam mimpiku kau retak, hancur seperti di film 2012?"
Dunia tetap diam. Namun ia seolah menatap balik padaku.
Aku diam saja, tak mengacuhkan tatapannya.
Aku berdeham sekali dan mencoba menanyakan hal yang lain.
"Oya, bagaimana dengan warnamu?!
Apa kau masih menjadi planet biru diantara planet-planet yang lain?!"

Dunia diam. Ia kembali menatapku balik.
Kali ini aku mulai risih dan bertanya pada diri sendiri.
Kenapa dia terus menatap balik padaku?!
Seolah semua pertanyaan untuknya dikembalikan padaku begitu saja.
Apa yang diinginkannya?!

Aku penasaran.
Lalu aku mencari cermin dan mulai menatap diriku sendiri disana.

Tak ada yang salah.
Tapi kenapa Dunia seolah memutarbalikkan semua pertanyaan itu padaku.

Aku memincingkan mata,
meneliti dengan teliti apa yang salah dengan diriku.

Dan ketika aku melihat titik dibagian dadaku,
tiba-tiba ingatan tentang mimpi semalam kembali muncul.

Dunia retak, bentuknya tak lagi bulat, dan warnanya tak lagi biru.
Melainkan merah, seperti lautan darah.
Tapi apa aku yakin itu bentuk dunia?!
Mataku terbelalak kaget saat aku menyadari apa yang sebenarnya aku impikan semalam.
Itu bukan bentuk dunia! Melainkan itu bentuk dari hatiku.
Hatiku yang hancur, memberi tanda kiamat pada diriku.
Usai sudah riwayatku...
Tapi tiba-tiba sebuah suara menyadarkanku.
Suara yang mengisyaratkan sebuah kehidupan masih berlanjut.

Suara Sapi yang melenguh diluar sana.
Aku kembali bercermin dan mencoba menenangkan diri dengan berkata:
Tenang, itu cuma mimpi.
Hatimu masih utuh, dan kau bisa menjaganya agar tak hancur.

Tanyakan saja pada dunia, bagaimana caranya.
Dan dunia akan menjawabnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jujurlah, karena selain sabar, orang jujur disayang Tuhan!